Minggu, 02 Juni 2013

Fenomena Corat Coret Baju Seragam Setelah Pengumuman UN

corat-coret
anthos
Corat-coret baju seragam sekolah pada saat pengumuman kelulusan ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMA sederajat adalah merupakan kebiasaan buruk yang terjadi secara turun temurun dan telah diturunkan ke adik-adik mereka yang ada di SMP bahkan lebih paranya lagi anak SD pun ikut terjangkiti. Seperti yang kita lihat di hari jum’at kemarin tanggal 24 Mei saat pengumuman kelulusan ujian nasional tingkat SMA sederajat aksi corat-coret baju seragam terjadi dimana-mana. Entah kapan dimulainya kebiasaan tersebut seingat saya dari jaman dulu kebiasaan corat-coret baju tersebut sudah ada. Sebagian orang mengatakan bahwa fenomena corat-coret baju saat pengumuman lulus adalah sebagai budaya dan sebagai kenangan indah bagi mereka. Tapi menurut saya itu bukan merupakan budaya dan kenangan, tapi sebagai kebiasaan buruk yang harus ditinggalkan.
Usia remaja adalah usia pertumbuhan yang penuh dengan pemberontakan baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal untuk mendidik anak-anak. Di mana di dalamnya di ajarkan berbagai disiplin ilmu, cara berdisiplin, pembiasaan diri, bertanggung jawab, kerja keras sesuai dengan pendidikan karakter bangsa. Di mana pada tingkat pendidikan anak-anak sampai remaja mendidik karakter yang baik supaya sadar tahu mana yang salah dan mana yang benar yang disertai dengan contoh nyata dalam karakter Walaupun dalam hal kedisiplinan kita ambil saja satu contoh untuk merapikan baju seragam kadang-kadang harus dipaksakan dengan teguran.  Dalam fenomena mencurat-coret baju seragam rupanya mereka melihat contoh dari kakak kelasnya.
Di sekolah dari tingkat dasar dan menengah semua ilmu diajarkan kepada peserta didik walau sebenarnya peserta didik tidak semua menyukai dengan pelajaran tersebut. Ada beberapa mata pelajaran yang   tidak disukai sampai dibenci oleh para peserta didik misalnya matematika dan fisika. Dalam hal seragam di lingkungan sekolah harus selalu rapi bersih dilengkapi dengan berbagai atribut yang melekat  ini juga oleh sebagian remaja peserta didik merupakan bentuk pengekangan terhadap kebebasan mereka. Maka pada saat kelulusan seolah olah mereka ingin mengekspresikan diri bahwa sekarang saatnya untuk lepas dari semua aturan karena kami sudah lulus. Jadi corat coret terhadap baju seragam pada saat pengumuman kelulusan merupakan suatu bentuk pemberontakan terhadap peraturan di mana pada saat mereka lulus dari sekolah tersebut seakan peraturan tersebut tidak mengikat lagi.
Beberapa gambar di bawah ini saya peroleh dari siswa-siswi sekolah saya sendiri selepas pengumuman pelulusan Ujian Nasional 2013. Padahal pengumuman UN kami antar langsung ke rumah mereka untuk menghindari aksi corat-coret baju seragam, tapi tahu-tahu mereka berkumpul untuk aksi ini.
coret7

 
 
Fenomena tersebut adalah sebuah kebiasaan buruk, kami para guru kerap kali mencoba mengatasi hal tersebut misalnya dengan menghimbau kepada para siswa kelas 12 yang baru lulus untuk segera mengumpulkan baju seragam bekas yang layak pakai untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan misalnya panti atau korban sebuah bencana. Sebagian anak ada yang menuruti himbauan guru tapi ada juga yang tidak, ada juga mereka yang menyumbangkan pakaian bekasnya dan corat-coret juga, rupanya mereka memiliki dua atau lebih seragam ya untuk disumbangkan ada dan untuk di corat-coret juga ada.
Sekarang lebih buruknya bukan saat pengumuman kelulusan ini malah di beberapa tempat ada yang corat-coret baju seragam tersebut pada saat hari terakhir pelaksanaan UN. Rupanya mereka sudah yakin lulus kali ya? Ini benar benar “potret suram dunia pendidikan” ujar sebuah head lines sebuah berita media cetak. Mereka dengan ekpresif saling mencoret-coret baju seragam teman-temannya seolah olah lepaslah semua beban yang sebelumnya dihadapi padahal UN bukan lah akhir dari segalanya  karena ada ujian lain yang lebih berat dari UN yaitu ujian dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar